Kesediaan seseorang untuk diatur akan membuka jalan baginya untuk menjadi orang yang mengatur di kemudian hari.
Maunya mengatur dan tidak mau diatur memang menjadi kecenderungan manusia pada umumnya. Ada beberapa hal yang menyebabkan orang menjadi seperti itu, yaitu:
1. Merasa bisa atau merasa pintar
Orang yang merasa bisa atau merasa pintar akan sangat sulit diatur. Mungkin saja dia berkata, “Gue kan lebih tahu dari elo.”
2. Suka menganggap remeh
Orang yang suka menganggap remeh, bukan cuma peraturan yang dia anggap remeh, orang yang mengatur pun akan dia anggap remeh. Biasanya orang seperti itu juga akan menganggap remeh risiko yang harus dia tanggung.
3. Merasa lebih tua
Ada kecenderungan bahwa orang yang lebih tua tidak mau diatur oleh orang yang lebih muda. Dia akan berkata, “Aku kan lebih berpengalaman, lebih banyak makan asam garamnya dunia.”
Jelas bahwa orang yang tidak mau diatur sesungguhnya tidak rendah hati dan tidak rela berada di bawah otoritas tertentu. Orang yang mau mengatur dan tidak mau diatur akan membahayakan diri sendiri dan kelompoknya.
Bayangkan saja jika di jalan raya semua orang mau mengatur, pasti kacau. Dalam kehidupan keluarga pun akan kacau jika masing-masing anggota keluarga mau mengatur. Demikian juga dalam kehidupan di tempat ibadah, kantor, dan masyarakat.
Sekalipun tidak menutup kemungkinan bagi kita untuk memberi masukan kepada pemegang otoritas, namun kita tetap harus menunjukkan sikap sebagai orang yang mau diatur.
Jika kita rela dan setia berada di bawah otoritas, ada saatnya Tuhan akan menjadikan kita sebagai orang yang mengatur.
* * *
Sumber: Manna Sorgawi, 20 Juli 2010 (diedit seperlunya)
==========