BLOG INI pada awalnya berisi Kutipan / Kata Mutiara / Kata-kata Bijak (quotations), Ringkasan (summaries), dan Pemahaman (insights). Dalam perkembangan selanjutnya diisi dengan artikel-artikel singkat. Silakan klik di sini... untuk kembali ke BLOG UTAMA.

17 Mei 2013

Menjaga Objektivitas

Ketika menjalani perkuliahan di jurusan komunikasi, ada sebuah kata yang selalu diulang oleh dosen saya di kelas: objektivitas. Objektivitas adalah salah satu prinsip terpenting untuk para calon awak media.

Ketika berbincang dengan rekan dari jurusan sains, ternyata prinsip yang sama juga bergema di kelasnya. Menurut sang profesor di sana, objektivitas adalah kunci sukses seorang peneliti.

Tampaknya, prinsip objektivitas ini telah menjadi "kaidah kencana" di bidang apa pun.

Sikap objektif dapat membawa perubahan yang nyata dalam kehidupan ini. Seseorang yang bersikap objektif akan berusaha menempatkan diri dalam posisi yang netral tak berpihak.

Dari situ, seseorang dapat memberikan sumbangsih dan solusi positif bagi pergumulan orang-orang di sekitarnya. Tuhan pun disenangkan melaluinya.

Ketika Anda memutuskan untuk bersikap objektif, Anda memutuskan untuk berjalan dalam kebenaran.

* * *

Penulis: OLV | e-RH, 13/10/2011

(dipersingkat)

==========

24 April 2013

Nilai Kekal Harta

Lam Kin Bong adalah pengusaha restoran ternama dari Hongkong. Dalam pelelangan kapal induk bernama HMS Invincible dari Inggris, Mr. Lam menawarnya seharga Rp 71,72 miliar.

Kapal ini berperan penting dalam perang Inggris - Argentina, ketika memperebutkan Falkland pada 1982. Bila menang, Mr. Lam akan mengubah kapal itu menjadi sekolah internasional, guna membina hubungan komunikasi dan budaya antara Inggris - China.

Lam Kin Bong

Alangkah indah bila orang-orang kaya di dunia menginvestasikan uang untuk tujuan kemanusiaan, perdamaian, dan kemajuan peradaban. Bukan untuk memicu perang atau mengeksploitasi alam.

Harta yang ada pada kita, sesungguhnya bukan milik kita. Kita dipercaya oleh Tuhan untuk mengelolanya. Suatu saat, semua akan kita tinggalkan. Jadi, gunakan kesempatan untuk mengelolanya dengan cerdik, untuk tujuan yang kekal.

Harta duniawi memang sangat kecil nilainya dibanding harta surgawi. Namun jangan menyepelekannya. Cara kita mengelola yang "kecil" ini mencerminkan apakah kita orang beriman yang setia kepada Tuhan atau penyembah Mamon.

Apakah kita memakai harta dan kemampuan untuk melayani Tuhan, atau kita diperhamba oleh harta untuk memuaskan nafsu daging? —SST

Tuhan memercayakan harta bukan agar kita memuliakan diri, namun agar kita memuliakan Dia setinggi-tingginya.

* * *

Sumber: e-RH, 24/8/2011

(diedit seperlunya)

==========

15 April 2013

Janji Tuhan

Suatu hari saya membeli sebuah gambar puzzle untuk anak saya. Kemudian saya mengajarkan kepadanya bagaimana memasangkan dan mencocokkan setiap keping dan potongan gambar.

Awalnya, ia melakukannya dengan sabar. Ia mencoba dan mencoba lagi. Namun, lama-kelamaan ia jenuh.

Anak saya kemudian membiarkan saya yang menyelesaikan gambar puzzle tersebut. Rupanya ia sudah jenuh mengerjakannya, dan sudah tidak sabar ingin melihat hasil akhirnya saja.


Seperti gambar puzzle, pemenuhan janji Tuhan dalam hidup kita terkadang datang secara bertahap, tak sekaligus. Ketika kita sudah mendapatkan satu bagian dari janji Tuhan, kita harus kembali percaya bahwa Dia akan memenuhi bagian janji yang berikutnya.

Demikian seterusnya sehingga kita, waktu demi waktu, tetap berada dalam pengharapan kepada-Nya. Karena itu, tetaplah bersabar pada pemenuhan janji-janji Tuhan bagi kita. Jangan buru-buru menanti hasil akhir saja.

Kita pun harus menyediakan diri untuk bekerja keras, juga tekun dalam perjuangan dengan tetap mengandalkan Tuhan. Maka, Dia akan memberikan kepada kita kemenangan demi kemenangan, sesuai janji-Nya. —FZ

Apabila sebagian janji Tuhan telah digenapi, Dia pasti meneruskan bagian janji berikutnya untuk digenapi.

* * *

Sumber: e-RH, 27/7/2011

(dipersingkat)

==========

28 Maret 2013

Akar Pahit

Salah satu tugas saya di rumah setiap dua minggu sekali adalah memotong rumput dan semak di halaman rumah.

Ketika melakukannya saya harus sangat berhati-hati, sebab ada sejenis semak liar di situ, yang akar dan batangnya berduri. Apabila sampai tergores sedikit saja, racunnya bisa membuat seluruh tubuh bebercak merah, terasa gatal dan panas.


Akar pahit yang menyerang hati manusia juga bagai duri. Sedikit saja menggores hati kita, racunnya akan menyebar ke seluruh hidup kita. Itu sebabnya banyak sekali ayat dalam Kitab Suci yang mengingatkan agar manusia menjaga hati. Sebab, seperti air mencerminkan wajah, demikianlah hati mencerminkan manusia itu.

Jagalah hati kita agar tidak ditumbuhi akar pahit. Orang yang hatinya dipenuhi akar pahit hanya akan menularkannya kepada orang lain; dan membuat hidup serbapahit, murung, penuh ketidakpuasan, pertengkaran, selalu mencari kesalahan orang sebagai bahan kritik yang menyakitkan.

Akan tetapi, orang yang hatinya dipenuhi cinta kasih Tuhan akan selalu menularkan perdamaian, persahabatan, dan nasihat yang membangun serta membesarkan hati. —SST

Hati pahit hanya membuat hidup suram. Hati yang dekat Tuhan menggelorakan hidup yang muram.

* * *

Sumber: e-RH, 30/6/2011 (dipersingkat)

==========

24 Maret 2013

Berani Berkata Tidak

Sugeng sedang merintis karier sebagai penerjemah. Ia menerima tawaran untuk menerjemahkan buku spiritualisme populer dari sebuah penerbit besar.

Ketika menerjemahkan sampelnya, ia sudah merasa kurang nyaman. Namun, ia merasa tawaran itu bisa menjadi batu loncatan bagi kariernya. Jadi, ia menerimanya.

Tetapi, selama menerjemahkan ia merasa tersiksa. Dari segi bahasa, buku itu relatif mudah dialihbahasakan. Masalahnya, dari segi isi, buku itu memaparkan pandangan berdasarkan berbagai filsafat dan kepercayaan yang tidak selalu selaras dengan Kitab Suci.

Setelah menyelesaikannya, ia memetik pelajaran berharga: seharusnya ia berani untuk berkata tidak. Bukan hanya tawaran yang meresahkan, tawaran yang baik pun tidak selalu harus kita iya-kan.


Tubuh kita hanya satu. Waktu kita terbatas. Tidak mungkin kita meluluskan setiap permintaan. Berarti, kita perlu menimbang dan memilih secara bijaksana.

Menolak tawaran negatif sudah pasti. Namun, tak jarang kita juga mesti menyisihkan yang baik, agar dapat mengejar yang terbaik. —ARS

Berkata 'tidak' kadang kala terasa berat, namun selalu berkata 'ya' bisa mendatangkan jerat.

* * *

Sumber: e-RH, 22/6/2011 (dipersingkat)

==========

17 Maret 2013

Tak Akan Berkekurangan

Sekitar tahun 1964, perekonomian Indonesia mengalami keterpurukan. Meski demikian, sepasang suami istri masih bersedia mengulurkan tangan untuk menolong orang yang lebih tak berpunya.

Di rumah kontrakan mereka yang sangat sederhana, mereka masih menampung sebuah keluarga untuk sama-sama tinggal di situ. Sampai-sampai mereka sendiri harus tidur berdesakan dengan sepuluh anak mereka dalam sebuah kamar.

Namun, Tuhan memelihara mereka. Dan kini, setelah berpuluh tahun kemudian, anak-anak mereka memiliki kehidupan ekonomi yang jauh lebih baik.

Terkadang kita berpikir bahwa kita mesti menjadi kaya lebih dahulu untuk dapat menolong orang lain. Namun, banyak orang yang sulit merasa dirinya cukup sehingga ia dapat menolong orang lain, sebab pada dasarnya manusia selalu merasa tidak puas dan kekurangan.


Sebaliknya, hati yang mau memberi dan menolong orang lain sesungguhnya tidak pernah bergantung pada berapa banyak yang dimiliki. Sebab tindakan ini lahir dari hati yang mau taat dan mengasihi Tuhan.

Jangan khawatir, Tuhan akan memelihara orang-orang yang mengasihi Tuhan sedemikian dalam, sehingga kita tak akan berkekurangan. —VT

Memberi bukan hanya karena kita sudah berlebih, namun karena kasih Tuhan selalu harus dibagi.

* * *

Sumber: e-RH, 10/6/2011 (dipersingkat)

==========

11 Maret 2013

Menolak Hadiah Mobil

Pasangan Jokowi-Ahok sukses memenangi pemilihan gubernur DKI Jakarta 2012. Untuk merayakannya, tim relawan memberikan kejutan kepada Jokowi. Mereka mengumpulkan sumbangan untuk membelikan mobil baginya.

Akan tetapi, Jokowi memutuskan untuk menolak pemberian tersebut. Menurut saya, ada pertimbangan mendasar yang melandasi penolakannya tersebut.


Saat kita sukses atau menempati kedudukan tinggi, barangkali ada orang yang menunjukkan perhatian khusus dengan menawarkan hal-hal yang sangat berharga.

Sebelum menerimanya, pertimbangkanlah dengan sungguh-sungguh, apakah itu tidak berlawanan dengan prinsip yang kita pegang.

Apakah kita dapat menerimanya dengan hati nurani yang murni? Apakah kita tidak sedang menyalahgunakan kedudukan demi kepentingan pribadi?

Kesuksesan dan kedudukan bukan untuk kepentingan pribadi, melainkan untuk melayani sesama secara lebih efektif.

* * *

Penulis: Stephanus Junianto | e-RH, 11/3/2013

(dipersingkat)

==========

02 Maret 2013

Menangis

Dalam banyak kebudayaan, menangis adalah tanda kelemahan. Karena itu, orang cenderung diajar untuk menahan diri dari menangis. Pemahaman ini biasanya berlaku terutama bagi kaum laki-laki.

Di dalam masyarakat, sejak kecil anak laki-laki sudah diajar untuk tidak menangis dengan alasan "laki-laki tidak seharusnya menangis".

Ronaldo dan Mourinho menangis

Menangis adalah suatu mekanisme alami yang Tuhan ciptakan untuk menjadi penyaluran perasaan kita, terutama ketika perasaan itu meluap tak terkendali.

Perasaan ini bisa berupa kesedihan, kesakitan, kemarahan, bisa juga kegembiraan. Ketika seseorang tidak mampu menyalurkan perasaan yang meluap ini, tidak jarang hal itu menjadi sumber masalah dalam hidupnya.

Ketika kita menangis, perasaan tersebut akan tersalurkan sehingga kita merasa lega dan dapat mengendalikan diri lagi. Karena itu, kalau memang Anda merasa perlu menangis untuk menyalurkan perasaan Anda, menangislah. —Alison Subiantoro

Menangis bukanlah tanda kelemahan, malah dapat menjadi sumber kelegaan.

* * *

Sumber: e-RH, 2/3/2013 (dipersingkat)

==========

01 Maret 2013

Pujian yang Tulus

Kebanyakan orang lebih mudah melontarkan kritikan daripada pujian. Ketika seseorang melakukan kesalahan, ia akan dicela habis-habisan. Tetapi, ketika ia berprestasi atau menjalankan tugas dengan baik, tidak banyak pujian yang ia peroleh.

Padahal, pujian yang tulus dan tepat sasaran sangat efektif untuk memacu orang agar berusaha dengan lebih bersemangat. Selain itu, pujian menjadikan seseorang merasa dirinya dihargai.


Memang, jika kita belum terbiasa, pada awalnya lidah ini terasa berat untuk mengucapkan pujian. Tetapi, kalau kita tekun mencoba, lama-kelamaan pasti mudah melakukannya.

Hal yang patut dipuji pun tidak selalu harus perkara yang besar. Seorang suami atau ayah yang tekun bekerja, kita puji. Seorang istri atau ibu yang menyajikan masakan yang enak, kita puji.

Seorang anak yang rajin belajar, kita puji. Seorang hamba Tuhan yang berkotbah dengan baik, kita puji. Seorang bawahan yang rajin dan setia, kita puji.

Jangan segan memuji.

Ketika kita melontarkan pujian yang tulus, kita memberikan pupuk untuk menumbuhkan kebaikan.

* * *

Penulis: Alison Subiantoro

Sumber: e-RH, 1/3/2013 (dipersingkat)

==========

27 Februari 2013

Sukar Berbuat Baik?

Suatu saat acara donor darah di kampus saya diikuti oleh lebih banyak peserta. Waktu menunggu giliran bagi pendonor menjadi lebih lama dari biasanya. Dalam kejemuan menunggu, seorang pendonor bergumam, "Mau berbuat baik saja kok susah sekali ya?"


Memang sering kali berbuat baik itu tidak mudah. Dalam usaha kita berbuat baik bagi orang lain, kadang banyak kesulitan dan rintangan yang menghadang.

Orang yang menolong korban kecelakaan lalu lintas malah dibebani dan ditanyai bermacam hal oleh pihak yang berwenang. Orang yang ingin menolong korban bencana terhalang oleh jalur transportasi yang terputus. Organisasi yang ingin melakukan bakti sosial dicurigai memiliki motivasi tersembunyi. Dan sebagainya.

Akan tetapi, jangan sampai halangan tersebut membuat kita berhenti berbuat baik. Biarlah rintangan yang muncul itu menjadi ujian bagi ketulusan kita. Dan, jika kita sungguh-sungguh tulus, kita akan dimampukan untuk melewati berbagai hambatan tersebut. —Alison Subiantoro

Berbuat baik memang tidak selalu mudah, namun tetaplah berbuat baik.

* * *

Sumber: e-RH, 27/2/2013 (dipersingkat)

Judul asli: Susah Berbuat Baik?

==========

20 Februari 2013

Josef Fritzl

Josef Fritzl, seorang pria Austria berumur 73 tahun, tiba-tiba membuat heboh warga sedunia pada April 2008. Mengapa? Sebab pada saat itu baru diketahui bahwa selama hampir 24 tahun, ia telah menyekap dan menganiaya anaknya sendiri, Elisabeth Fritzl, di ruang bawah tanah rumahnya.

Sebuah kekejaman yang tak terbayangkan dan membuat semua orang bergidik. Seorang ayah yang semestinya menjadi pelindung anaknya, justru menjadi pemangsa yang buas. Mengerikan!

Josef Fritzl dan putrinya

Dalam kapasitas kita masing-masing, selalu ada orang-orang yang Tuhan tempatkan untuk kita pimpin. Mungkin di masyarakat, di tempat kerja, di tempat ibadah, di organisasi, di rumah, dan sebagainya.

Kewajiban kita adalah menjaga mereka dengan penuh tanggung jawab dan kepedulian. Juga, menjaga diri supaya tidak terjebak memanfaatkan mereka untuk kepentingan pribadi. Sebaliknya, kalau perlu mengorbankan diri untuk mereka.

Di sisi lain, kalau kita menjadi orang yang dipimpin, adalah tugas kita untuk menjaga agar pemimpin kita tidak menjadi salah arah. Dengan tidak memberi mereka kuasa yang tak terbatas, dan memakai jalur-jalur pengawasan untuk ikut aktif menjaga mereka. —ALS

Tugas kepemimpinan bukan mencari untung pribadi, tetapi untuk mengayomi dan melayani.

* * *

Sumber: e-RH, 6/5/2011 (dipersingkat)

==========

18 Februari 2013

Memulai Dan Meneruskan

Dalam pertemuan dengan anak remaja, saya meminta setiap anak menuliskan hal yang membuat mereka bersyukur. Inilah jawaban mereka: sehat, punya orangtua, mendapat rezeki, punya pacar, menang lomba, bisa sekolah, bisa bermusik, dan sebagainya.

Lalu saya bertanya apakah mereka masih dapat bersyukur bila satu per satu hal tadi tidak dimiliki. Kami pun sama-sama menyadari bahwa lebih mudah bersyukur untuk sesuatu yang dimiliki, dibanding sesuatu yang tidak dimiliki. Bahkan, seorang anak secara jujur berkata bahwa kadang untuk hal-hal yang dimiliki pun, ia lupa bersyukur.


Para remaja yang bersama saya juga menyadari bahwa situasi keluarga, situasi lingkungan, situasi sekolah, situasi persekutuan mereka, tidak selalu seperti yang mereka harapkan.

Namun, jika di tempat-tempat itu Tuhan mau memakai mereka untuk memulai suatu “pekerjaan baik”, mereka akan selalu punya alasan untuk bersyukur dalam segala situasi.

Tuhan akan meneruskan “pekerjaan baik” itu bersama mereka sampai akhir, hingga menghasilkan buah-buah yang memuliakan Tuhan. —SL

Bersyukurlah karena Tuhan yang memulai karya, akan meneruskannya hingga akhir melalui hidup kita.

* * *

Sumber: e-RH, 3/5/2011 (dipersingkat)

==========

14 Februari 2013

Berkelit dari Masalah

Ada sebuah video game klasik berjudul 1942. Dalam permainan ini, kita mengendalikan sebuah pesawat yang bertugas menghancurkan pesawat-pesawat musuh.

Untuk itu, kita dibekali dengan senjata dan tiga kali kesempatan berkelit dari segala bahaya, yakni dengan bermanuver. Kesempatan berkelit ini sangat berguna saat kita tengah dalam keadaan terjepit akibat serangan musuh yang bertubi-tubi.

video game 1942

Kita juga mungkin terbiasa menghadapi kesusahan dengan cara "berkelit" seperti dalam game itu. Caranya mungkin dengan menenggelamkan diri dalam pekerjaan, hobi, atau hal yang lain.

Adalah manusiawi kalau kita merasa takut dan ingin berkelit dari masalah yang sedang kita hadapi. Namun, berkelit tidaklah menyelesaikan masalah, bahkan kerap memperburuk situasi yang ada.

Baiklah kita datang kepada Tuhan, mengakui ketakutan kita dan meminta kekuatan serta hikmat kepada-Nya. Tuhan akan menjawab doa kita dengan memberi kekuatan untuk menghadapi situasi yang ada.

Kemudian, dengan berbekal kekuatan tersebut, kita hadapi dan berusaha menyelesaikan masalah yang ada. —ALS

Jangan berkelit dari masalah. Berdoa dan hadapilah masalah tersebut!

* * *

Sumber: e-RH, 21/4/2011 (dipersingkat)

Judul asli: Berkelit

==========

11 Februari 2013

Kesempatan Gagal

Dalam bukunya Growing Kids God's Way, Gary dan Anne Marie Ezzo mengatakan bahwa orangtua kerap tak memberi kebebasan kepada anak untuk mengalami kegagalan.

Umumnya orangtua begitu suka akan kemenangan sehingga agak kehilangan perspektif dan tak bisa menghargai pelajaran yang dapat dipetik dari kegagalan.

Maka anak lebih memperjuangkan bagaimana caranya ia tidak gagal dan mengecewakan orangtua, walau untuk itu ia kemudian takut pada tantangan.


Ketika orang-orang dekat kita —keluarga, sahabat, rekan kerja— mengalami kegagalan: gagal memenuhi harapan, gagal menepati janji, gagal mengambil keputusan yang benar; tak ada gunanya kita menunjukkan kekecewaan.

Sebaliknya, yang perlu kita lakukan adalah menjadi pendukung yang tetap ada bagi mereka dan tak menyerah mendampingi.

Tetap memberinya kesempatan dan kepercayaan baru. Tetap mendukungnya saat ia belajar tentang arti perjuangan, kerendahan hati, serta penyerahan diri kepada Tuhan. —AW

Setiap momen kegagalan sesungguhnya bisa menjadi pintu bagi seseorang memasuki babak kedewasaan yang baru.

* * *

Sumber: e-RH, 19/4/2011 (dipersingkat)

==========

04 Februari 2013

Kualitas Vs Jabatan

Semua orang ingin dihormati sesuai dengan posisi atau jabatan yang disandangnya, walaupun kedudukan itu bukan diperolehnya karena suatu prestasi. Seharusnya, prestasi atau kualitas kerjalah yang menentukan tinggi rendahnya kedudukan seseorang di tempat kerja.


Di negeri ini banyak orang berlomba mengejar posisi dengan menghalalkan segala cara, mulai dari main suap sampai memakai ijazah palsu.

Jangan terhanyut arus. Ingatlah, kualitas pribadi akan kita bawa sampai mati, sedangkan posisi bisa tumbang sewaktu-waktu jika tidak ditunjang oleh kualitas pribadi. —Eddy Nugroho

Karakter yang berkualitas akan menjadi penopang yang teguh bagi kedudukan dan pencapaian yang menjulang.

* * *

Sumber: e-RH, 4/2/2013 (dipersingkat)

==========

02 Februari 2013

Cara Memuliakan Tuhan

Saya sering mengajukan pertanyaan kepada para mahasiswa tentang tujuan hidup mereka. Sebagian besar merasa bingung dan tidak bisa menjawab. Namun, ada juga yang dengan yakin berkata, "Saya mau hidup untuk memuliakan Tuhan."

Pernyataan ini selaras dengan paparan Rick Warren dalam buku The Purpose-Driven Life. Pertanyaan yang masih tersisa adalah: Bagaimana sebenarnya cara memuliakan Tuhan itu?

Kunci untuk memuliakan Tuhan adalah ketaatan dalam melakukan perintah-Nya. Tolok ukurnya bukan seberapa hebat tindakan kita atau seberapa besar dampaknya.

Perbuatan yang tampak sepele sekalipun, asalkan meluap dari kasih Tuhan yang memenuhi hati kita, tetap bermakna.

Ya, memuliakan Tuhan bukan dimaksudkan untuk mengundang pujian dari manusia, melainkan untuk menyenangkan hati-Nya. —PRB

Kasih dan ketaatan kepada Tuhan membuahkan tindakan yang memuliakan nama-Nya.

* * *

Sumber: e-RH, 2/2/2013 (dipersingkat)

==========

12 Januari 2013

Penundaan yang Berakibat Maut

Archis, hakim kota Thebes di Yunani Kuno, sedang menikmati anggur dengan para perwira setempat. Tiba-tiba, muncul seorang kurir yang membawa surat berisi pemberitahuan bahwa ada persekongkolan yang hendak menghabisi nyawanya. Ia diperingatkan untuk melarikan diri.

Archis menerima surat itu. Akan tetapi, alih-alih membukanya, ia memasukkannya ke dalam kantong dan berkata kepada kurir itu, "Urusan bisnis besok saja."

Keesokan harinya, ia tewas. Sebelum sempat membuka surat itu ia sudah ditangkap, dan ketika ia sempat membacanya semua sudah terlambat.


Penundaan memang tidak selalu berakibat fatal seperti yang menimpa Archis. Namun, kecenderungan menunda tugas biasanya menunjukkan kurangnya disiplin pribadi, buruknya pengelolaan waktu, dan bisa jadi merupakan ketidaktaatan terhadap Tuhan.

Bahwa suatu tugas terasa berat, membosankan, atau tak menyenangkan itu bukan alasan valid untuk menundanya. Kita justru perlu meminta Tuhan memberi kita kekuatan dan konsentrasi ekstra untuk menyelesaikannya pada waktunya. —ARS

Jangan menunda hingga besok apa yang patut dilakukan hari ini. Besok belum tentu Anda punya waktu dan mampu melakukannya.

* * *

Sumber: e-RH, 13/4/2011 (dipersingkat)

Judul asli: Penundaan Maut

==========

03 Januari 2013

Ketika Putus Asa

Obor blarak merupakan sebuah istilah Jawa yang menggambarkan semangat yang mudah menyala, tetapi seketika kemudian surut ke titik nol. Bagai blarak (daun kelapa kering) yang bila dibakar akan menyala terang, tetapi sebentar kemudian segera mati.

obor blarak

Tatkala hendak memulai langkah baru, kita kerap berapi-api. Kita bertanya kepada Tuhan, meminta hikmat-Nya, berdoa, berpuasa, dan sebagainya.

Namun, bila jawaban tak kunjung datang dan malah kesulitan yang menghadang, sering kali kita menjadi kecil hati, patah semangat, dan melupakan Tuhan.

Sikap semacam ini perlu kita waspadai. Jangan mudah menyerah kalah pada tantangan.

Sesungguhnya Tuhan terus ada untuk memimpin setiap langkah dan karya kita, di rumah tangga, tempat belajar, tempat kerja, lingkungan masyarakat, dan sebagainya. —DKL

Ketika keputusasaan menghampiri, pandanglah Dia yang tak pernah membiarkan kita sendiri.

* * *

Sumber: e-RH, 9/4/2011 (dipersingkat)

==========

Posting Terbaru

Langganan Updates

Untuk berlangganan updates semua blog berbahasa Indonesia saya, silakan isi formulir di BLOG UTAMA.

NB: Satu formulir untuk semua blog.

Pemilik Blog

Foto saya
• Infopreneur, Online Publisher
• Penerjemah buku Retire Young Retire Rich karya Robert T. Kiyosaki & Sharon L. Lechter, dan banyak buku lainnya.